Sabtu, 26 Februari 2011

Long Distance Relationship Be Happy

LONG DISTANCE RELATIONSHIP BE HAPPY

Sabtu, 16 Oktober 2010. Kota Jakarta dihiasi hujan yang turun di malam hari. Perjalanan dari Casablanca menuju Bandara Internasional Soekarno Hatta pun menempuh waktu tempuh yang lama. Macet di dalam tol adalah penyebabnya. Walaupun begitu tidak mengurangi semangat Nurul menuju bandara untuk menjemput pujaan hatinya.
Ditemani sang supir, dia menuju bandara dua jam sebelum pesawat yang ditumpangi Gamma landing. Mencoba menikmati macet dengan memandangi siluet cahaya yang dipantulkan oleh gedung-gedung tinggi yang bersatu dengan air hujan. Sambil berharap-harap cemas, ia berdoa agar tidak telat.
Bandara Internasional Soekarno Hatta malam ini terasa berbeda. Menunggu kepulangan Gamma di Terminal Kedatangan adalah hal yang membahagiakan Nurul. Di papan pengumuman tercantum pesawat Garuda Indonesia Airlines akan landing pukul 22.00. Berarti masih ada satu jam lagi untuk Nurul bersabar. Nurul memutuskan untuk menunggu di suatu kedai kopi ternama di bandara. Sambil meminum kopi pesannya, dia memainkan Tablet PC. Mencoba membunuh waktu sambil berseluncur di dunia maya. Sepasang headset pun tak ketinggalan menghiasi telinga Nurul.
Satu jam pun berlalu. Nurul meninggalkan kedai kopi dan menuju tempat para penumpang keluar. Satu persatu penumpang turun. Dan akhirnya Gamma pun keluar. Gamma bergegas menuju Nurul, kemudian melepas koper dan ransel yang dibawanya. Mereka pun berpelukan. Melepas rasa rindu yang melanda mereka. Tidak ada yang menyangka cinta mereka yang selama 4 tahun ini dipisahkan oleh jarak Jakarta-Tokyo kita bersatu lagi.
“ Kamu lelah. Kita langsung pulang atau mau makan malam dulu?” tanya Nurul lembut.
“ Kita langsung pulang aja ya?” jawab Gamma.
Mereka memutuskan langsung pulang. Nurul menelpon sang supir. Mereka pun masuk kedalam mobil dan melaju ke daerah Kelapa Gading, rumah Gamma. Sepanjang perjalanan mereka mengobrol. Semua terasa indah, walau penantian 4 tahun bukanlah hal mudah. Semua bermula dari 4 tahun lalu, saat cinta mereka diuji dengan hubungan jarak jauh.
Semua bermula dari sini.
Selasa, 21 Maret 2006.
Keceriaan tampak di suatu SMA di Jakarta. Masa SMA adalah masa yang paling indah. Dimana kita sebagai remaja dituntut untuk bisa mencari jati diri, tanpa melakukan hal yang diluar batas. Masa transisi dari ABG menjadi dewasa. Di suatu SMA terdapat suatu keceriaan tersendiri ketika terdapat dua orang yang menjadi pusat perhatian banyak orang.
Adalah Gamma dan Nurul yang menjadi pusat perhatian ketika Nurul ditembak Gamma ditengah lapangan. Gamma dan Nurul adalah siswa kelas 12 di SMA itu. Semua orang pun heboh dan ikut liat mereka.
“ Kamu mau gag jadi pacar aku?” kata Gamma.
“ Hmm gimana ya? Aku bingung.” jawab Nurul
“ Udah Nurul, terima aja.” kata Rahma, teman Nurul.
“ Yauda deh aku mau jadi pacar kamu.” kata Nurul.
Terdengar riuh ketika akhirnya Nurul menerima Gamma. Ucapan selamat pun dialamatkan pada pasangan baru itu. Terasa indah.
Cinta bersemi diantara mereka. Setelah jadian mereka makin terlihat kompak. Menjelang Ujian Nasional pun begitu mereka saling bahu membahu dalam belajar. Hingga Ujian Nasional berakhir dan mereka menentukan langkah kedepan. Menentukan perguruan tinggi adalah langkah awal mereka, hingga terjadi perpisahan karena pada akhirnya Gamma diterima di Universitas Tokyo, Jepang, sedangkan Nurul diterima di Universitas Indonesia. Langkah yang berat untuk kelanjutan hubungan mereka, karena mereka sadar akan dipisahkan oleh jarak.
Waktu berputar begitu cepat, hingga datang waktunya Gamma meninggalkan Indonesia. Satu hari menjelang keberangkatan, Nurul tidak kuasa menahan rasa tangis. Mereka berpelukan erat sekali, seakan tidak ingin dipisahkan. Pelukan adalah hal yang melegakan. Dan dengan adanya perpisahan mereka sadar betapa pentingnya pertemuan dan kebersamaan. Toh jika bisa berharap, Nurul berharap agar hari esok datang lebih lama.
Hari keberangkatan Gamma pun tiba. Nurul tidak mengantar ke bandara karena tidak kuat. Gamma pergi diantar keluarga. Sebelum masuk, Gamma menyempatkan diri menelpon Nurul.
“ Aku mau check in dulu.” kata Gamma
“ Hati-hati, kalau sudah dibandara Narita kabarin aku.” terdengar suara syahdu Nurul.
“ Iya aku janji, bye.” lanjut Gamma.
Gamma pun menangis menjelang kepergiannya. Diiringi peluk dan doa ayah dan ibu yang mengantar kepergian anaknya. Gamma pun menguatkan diri dan masuk.
Tidak jauh berbeda dengan Gamma, dikamarnya Nurul menangis ketika mendengar suara pesawat yang melintas diatas rumahnya. Tangisnya pecah. Tangis kehilangan Gamma yang pergi jauh.
Hidup terus berjalan. Hidup tidak boleh berlarut dalam kesedihan. Gamma dan Nurul melanjutkan hidup mereka. Gamma mempunyai bebereapa hari untuk beradaptasi di Jepang, sebelum OSPEK dimulai. Dan beberapa hari kemudian, mereka mengikuti OSPEK di universitas masing-masing dan dengan resmi dinyatakan sebagai mahasiswa.
Perbedaan waktu 2 jam antara Indonesia dan Jepang tidak mengurangi komunikasi diantara mereka. Dibantu dengan kecanggihan teknologi, mereka bisa berkomunikasi dengan banyak pilihan. Bisa chating di Facebook atau Yahoo Massenger, atau telepon dengan 3G. Mereka bisa saling melihat. Seakan dekat walau ternyata jauh. Namun dengan itu mereka bisa berkomunikasi dan melepas rindu.
Gamma biasa bercerita kalau dirinya tinggal dirumah pamannya  di Shibuya, Tokyo. Untuk ke kampus biasa Gamma menggunakan subway atau kereta bawah tanah sebagai alat transportasi, karena Gamma bercerita membuat surat izin mengemudi di Jepang adalah hal rumit.
Gamma pun bercerita gimana cepatnya kereta api Shinkansen.
“ Kamu buatin aku kereta Shinkansen dong kalau pulang ke Indonesia.” Nurul merajuk.
“ Iya nanti aku buatin miniaturnya, hehehe.” jawab Gamma.
Waktu terus bergulir. Hari demi hari. Bulan demi bulan. Mereka terus menyempatkan berkomunikasi, paling tidak 3 kali dalam seminggu. Hingga tidak terasa mereka sudah tiba di semester 7, atau kurang satu semester lagi untuk lulus. Gamma dan Nurul sangat senang dengan kenyataan ini, karena jika lulus nanti kelak Gamma akan pulang ke Indonesia.Mereka bekerja keras agar tugas akhir mereka cepat selesai..
“Kamu udah siapin oleh-oleh apa buat aku?” tanya Nurul disuatu ketika mereka sedang chatting.
“Tadi aku udah belanja kok di Asakusa, enak loh tempatnya, kayak Malioboronya Jogja, hehehe” jawab Gamma.
‘Kira-kira kamu bawain aku apa ya?’
Gamma menjawab,’Aku bawain cinta aja buat kamu.’
Nurul senyum-senyum sendiri.
Semester 7 berlalu, lanjut di semester 8. Kesibukan mereka sebagai mahasiswa hampir selesai. Mereka sukses menyelesaikan skripsi dengan rentang waktu yang hampir bersamaan. Target kuliah selama 8 semester pun mereka capai dengan hasil memuaskan.
“Besok aku wisuda nih Rul.” kata Gamma.
“Maaf ya aku ga bisa datang, kan jauh, hehehe. Terus kamu kapan pulang?”
“Insya Allah seminggu lagi, setelah urusan administrasi selesai.”
“Ok aku tunggu kamu ya, aku sayang kamu. Oia aku off dulu ya.” lanjut Nurul.
“Sip. Sampe ketemu seminggu lagi.”
Mereka pun mematikan Yahoo Messenger mereka. Melanjutkan aktifitas. Hingga seminggu kemudian pun datang. Saat yang paling emosional dalam hidup mereka.
            Saat yang ditunggu pun datang. Gamma bersiap dengan koper dan ranselnya. Bersiap meninggalkan Jepang, Negara yang menjadi tempat mencari ilmu. Tidak lupa berfoto di Bandara Internasional Narita, Jepang, sebagai kenangan terakhirnya di Jepang.
9 jam kemudian, Nurul datang ke bandara untuk menjemput Gamma. Gamma pun begitu ia tidak sabar untuk bergegas keluar bandara ketika selesai mencari koper bawaannya dan melewati petugas bea dan cukai. Kini Gamma sedang menuju pintu keluar. Sambil menoleh kanan-kiri, akhirnya bertemu juga dengan Nurul. Seketika suasana menjadi haru ketika Gamma melepas koper dan ransel yang dia bawa, untuk memeluk Nurul.
            “ Kamu lelah. Kita langsung pulang atau mau makan malam dulu?” tanya Nurul lembut.
“ Kita langsung pulang aja ya?” jawab Gamma.
“ Ok, aku telepon pak supir dulu.”
Mobil Nurul pun segera tiba diluar bandara. Pak supir membantu Gamma untuk memasukan barang bawaanya kedalam bagasi. Mobil pun menuju Kelapa Gading, tempat Gamma tinggal.
Sepanjang perjalanan mereka tidak berhenti mengobrol, seakan melepas rindu yang selama 4 tahun mengikat mereka.
“Esok lusa aku mau adain syukuran, kamu datang ya?” kata Gamma.
“Ok, aku pasti datang sayang.” jawab Nurul.
Mobil pun tiba dirumah Gamma. Setelah pamit, Nurul pun langsung pulang, karena hari sudah larut malam, dan Gamma pun harus istirahat.
Senin 18 Oktober 2010.
Acara syukuran tiba juga. Lantunan ayat suci Alquran menhiasi rumah Gamma. Banyak yang hadir, dari sanak keluarga ataupun teman-teman Gamma. Acara pun berlanjut dengan makan-makan yang juga acara bebas. Gamma dan Nurul berkumpul dengan teman mereka di masa SMA. Mereka pun mengobrol, dan acara itu sekaligus reuni kecil bagi mereka.
“ Wah kalian langgeng yah, gimana kok bisa?” kata Rahma.
“Wah tanya Gamma aja tuh, aku diajarin Gamma.” jawab Nurul
“Ah, kita amah simple aja, yang penting komunikasi lancar, sama saling percaya deh.” tegas Gamma.
“ Wah wah gue iri ngeliat kalian, kapan ya gue punya pacar?” lanjut Roy.
“Loh, si Rahma jomblo, kenapa ga sama dia aja.?” Ida angkat bicara.
Mereka pun larut dalam obrolan panjang. Berbincang mengenai pengalaman ataupun hal lainnya. Saling bercanda dan melepas tawa, seperti pada masa SMA dulu.
Acara syukuran pun selesai, Gamma mengantar Nurul pulang kerumahnya. Mereka mampir di suatu mall untuk makan malam. Mereka terlihat bahagia, hubungan yang mereka jaga selama ini tidaklah sia-sia. Ditemani angin malam dan lilin yang bercahaya, mereka saling tersenyum dibawah terang bulan.
Menjalani hubungan adalah pilihan. Hubungan bisa lama atau tidak tergantung pasangan yang menjalani. Tidak ada jaminan mereka yang menjalani hubungan jarak dekat bisa langgeng, dan bukan jaminan mereka yang menjalani hubungan jarak jauh akan terasa hambar, kemudian putus. Pilihan ada di setiap insan yang menjalani. Keharmonisan hubungan tetaplah kembali pada kelancaran komunikasi dan rasa saling percaya. Seperti Gamma dan  Nurul, yang mampu melewati lika-liku hubungan mereka dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar